Rabu, 21 Oktober 2015

AKU TAK TAHU APA-APA

apa yang bisa dikata
alunan ini membawaku berkelana
berjinjit di atas awan kerinduan
berjalan di atas langit penantian
berlari acak ke segala jurusan

hampa
tak mengerti warna
karena aku buta..sekali lagi..
aku buta

disana hanya hitam dan putih
dua hal yang ku tahu, tanpa abu-abu
tanpa judul dan cerita
hanya hitam dan putih
penglihatanku hanya sebatas itu

meraba pun tak mengerti
menerka pun tak kuasa
bertanya pun entah kepada siapa

tertanda atas nama cinta
aku tak tahu apa-apa


Purwokerto, Oktober 2015

Rabu, 14 Januari 2015

KACAMATA

Aku sudah tahu mataku ini minus
tapi kubiarkan saja kacamata tergeletak di atas meja kayu ini.

Mungkin, aku tampak menyiksa penglihatanku..
salah jika kau pikir begitu, aku menyiksa harapan kasihku..
Aku menguji kesabaranku..
memastikan sesuatu..untuk pupuk keyakinanku..
Apakah untuk melihatmu, melihat kesungguhanmu ku butuh kacamataku ?

Ah sepertinya aku sudah tahu, aku tidak butuh..
karena memang tidak ada yang akan kulihat..



- s. kusumadewi

Senin, 12 Januari 2015

NIHIL

Biru, merah, hijau, semuanya berputar karena daya. Dengan diiringi alunan musik, sempurna sudah malam ini. Hanya saja, tanpa ada pembicaraan antara aku, tak ada lawan bicara. Hanya piring kosong ditemani garpu dan segelas minuman penghangat yang sudah hampir habis.

Ini sepertinya lagu keberapa yang diputar. Pria dan wanita silih berganti keluar masuk tempat ini, hanya saja aku yang tak berubah. Diriku dengan segelas minuman ini hanya sendiri. Tepat sekali. Sendiri. Masih dalam posisi yang sama, memegangi sebelah kepala, dengan tangan kanan bertautan minuman.

Nampaknya hari sudah mulai pagi,tapi aku masih menganggap ini sore hari. Aku tidak mau segera berakhir. Kebebasan, kesendirian, dan penantian.

Ya, sudah kuduga kursi dihadapanku tetap kosong hingga pagi. Hanya khayalku saja kalaupun itu terisi. Bodoh, memang bodoh diriku, yang tetap mempercayainya. Dan terlebih, kebodohan ini bukan hanya untuk pertama kali, entah ini kali ke berapa.

A GAME OF 50 : 50 CHANCE

Selamat datang di dunia imajinasi kami. Sang petarung peluang. Kami disini untuk pertaruhan mata uang dua sisi. 50 : 50 chance.

Kami terbujuk untuk masuk ke dalam permainan kejam ini. Bagi kami ini pertaruhan segalanya. Peluang kami sudah sangat jelas, 50 : 50. Keji. Kami tidak siap untuk menjadi bagian 50 yang kelam.
Kami berekspektasi dengan perhitungan situasi dan kemampuan, tetapi tetap saja, lima puluh. Siapa yang berani pertaruhkan segalanya untuk 50 yang tidak pasti. Haha, tenang, kami cukup berani untuk ini. Eh tidak, itu mungkin hanya saya, bukan kami.

Permainan dimulai.
Dengan entah siapa yang memegang kendali. Kami hanya bermain dan menjalani peluang kami. Berharap alam semesta ini bertelepati dengan peluang-peluang kami.

Lawan kami sebenarnya ya kami sendiri, Melawan rasa takut kami, melawan apapun yang akan terjadi. Sayangnya, keberanian telah terperangkap dalam ketakutan di antara kami. Bahkan dirampas secara paksa dari jiwa kami.

Pikirku, untuk apa ku lanjutkan ini. Kalaupun untuk menunggu saja, saya kira peluang kami semakin kecil, eh tidak maksudku peluangku.

Hati ini menyela kencang : " Ayolah sudah ikuti dan lanjutkan saja permainan konyol ini. Toh kami, kita, mereka tidak tahu akan adanya permainan ini. Lanjutkan saja"
Baiklah, saya lanjutkan, tanpa kamu dan tanpa kata kami.

Saya hanya berdiri dengan serpihan kecil peluang dan berharap itu menjadi seutuhnya. Tidak lagi hanya saya, tapi akan segera menjadi kami.